GIANYAR - Pusat Koordinasi Hindu Indonesia (Puskor Hindunesia) dalam wadah memperjuangkan Hindu Nusantara ini dalam wawancara singkatnya bersama dengan Ketua Dewan Penasehat atau Dewan Pembina Dekornas, Tjokorda Raka Kerthyasa, yang sekaligus sebagai Bendesa Adat Ubud dan Tokoh Puri Unud ini, mengungkapkan bahwa pentingnya mengetahui simbol - simbol Hindu yang ada, karena pada dasarnya simbol - simbol Hindu itu memiliki filosofi dan artinya dihidupkan melalui sarana prasarana upacara bebantenan.
" Bila tempatnya salah dan simbol itu salah, 'Mertha Matemahan Wisya' (hidup menjadi racun), " sebutnya, Kamis (20/04/2023), di Campuhan Ubud di Pura Gunung Lebah.
Ia juga menekankan kesadaran umat untuk mengedepankan persatuan dan kedamaian.
Ia juga menguatkan dan mengingatkan kepada generasi muda pentingnya menjaga pohon (Hindu) yang sudah menghasilkan bagi kehidupan, dengan memelihara dan memupuk saling menguatkan dan mencintai.
Menanyakan tentang keberadaan dualisme (2) Parisada Hindu Dharma Indonesia yang sebenarnya secara tidak langsung membingungkan umat Hindu sendiri, Penasehat Puskor Hindunesia memberikan pandangan bahwa air Campuhan ini pada dasarnya satu sumber air yakni dari Batur.
" Artinya Campuhan kanan, Campuhan kiri sekarang bagaimana caranya bisa menyatu tidak lagi ada dualisme "
Melirik sejarah untuk perkembangan agama Hindu dari pesamuan agung diselenggarakan di Campuhan Ubud di Pura Gunung Lebah pada tanggal 17 sampai 23 November 1961.
Pertemuan yang dikenal dengan Paruman (Dharma Asrama) diprakarsai oleh Parisada Dharma Hindu Bali.Pertemuan ini diikuti oleh Sulinggih (Pandita) dan Walaka. Mereka bertemu untuk membicarakan masalah keumatan dan masalah keagamaan (Dharma Negara dan Dharma Agama).
Sumber:www.picasaweb.google.com, 2010
Keputusan terpenting saat itu adalah tentang “Piagam Campuhan Ubud” yang berisi tentang keputusan penting bagi perkembangan Agama Hindu selanjutnya.
Isi dari piagam Campuhan Ubud adalah :
1. Mengenai Dharma Agama meliputi tentang pengakuan Veda Sruti sebagai inti ajaran Hindu dan Dharma sastra Smerti sebagai tuntunan ajaran Susila. Tentang pendirian Perguruan Tinggi Agama, pendirian padmasana pada setiap Kahyangan Tiga, serta tentang Pedewasaan Hari Raya.
2. Mengenai Dharma Negara meliputi tentang kemerdekaan, per-cobaan senjata nuklir, menjunjung tinggi Pancasila, memperjuang-kan agama Hindu agar menjadi bagian dari Departemen Agama, memupuk semangat gotong royong dan membenarkan petugas dengan berpakaian dinas masuk dan melakukan persembahyangan di pura-pura.
Piagam Campuhan terdiri dari beberapa pasal. Pada bagian A butir II antara lain menyebutkan keinginan untuk membangun atau menyeleng-garakan Arsama Pengadyayan (Perguruan Tinggi Agama) tempat mem-pelajari Dharma. Butir inilah cikal bakal terwujudnya perguruan tinggi Hindu.
Isi pokok Piagam Campuhan yaitu Dharma Agama dan Dharma Negara. Dharma Agama yang dimaksud adalah bagaimana umat Hindu bisa menjalankan ajaran Dharma tersebut lewat kerangka dasar Agama Hindu (Tattwa, Susila, Upacara).
Dharma Negara lebih menitikberatkan pada hubungan umat sebagai warga Negara Kesatuan RI. Umat mem-posisikan diri untuk dapat berperan aktif disetiap kegiatan kebangsaan atau kenegaraan. Umat juga diharap selalu menjunjung tinggi Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
" Permasalahan friksi - friksi yang ada di masyarakat Hindu ini merupakan proses dari kepercayaan menjadi keyakinan sesungguhnya, dumogi je (semoga) Puskor Hindunesia inilah menjadi pemersatu umat yang merupakan bakti kita kepada leluhur, " ungkapnya.
Ia juga sempat menjelaskan bahwa Puskor Hindunesia harus memiliki nilai tawar kepada elite - elite pemerintahan dalam mempersatukan 2 permasalahan yang ada ditubuh PHDI.
" Pemahaman itu bisa berbeda-beda, warna itu sifat, wangsa itu ke leluhur, kasta itu profesi, disinilah perlunya pemahaman bersama "
" Tidak ada yang berhak merendahkan siapapun, bahkan seisi Bali ini saja kita persembahkan, dresta di Bali yang ada berbeda inipun tidak pernha kita melihat perbedaan itu sebagai permusuhan, perbedaan itu untuk memperkuat bakti "
Berlanjut menemui Ketua Umum Puskor Hindunesia, Ida Bagus K. Susena mengatakan bahwa pentingnya tempat ini sebagai sejarah dari Puskor Hindunesia.
Melirik sejarah jauh Rsi Markandeya, bahwa sikap pantang menyerah dalam memperjuangkan Hindu inilah yang diharapkan hadir di dalam tubuh Puskor Hindunesia.
" Dalam penguatan relawan dharma diharapkan tidak putus asa dalam berjalan memperjuangkan Hindu, inilah yang menjadikan Dekorwil Bali sebagai barometer Hindu Nusantara, tidak berhenti dalam satu perjalanan, " ungkapnya setelah acara pengukuhan Dekorwil Bali Puskor Hindunesia.
Dr. Ir. I Wayan Muka , ST. MT., yang terpilih sebagai Ketua Dekorwil Puskor Hindunesia Provinsi Bali yang baru saja dikukuhkan, dalam program kedepannya menyebutkan bahwa yang utama dilakukannya adalah pentingnya konsolidasi seluruh kabupaten/kota sebagai bentuk penguatan.
" Target kita adalah sampai tahun 2025 adalah penguatan koordinasi konsolidasi tingkat kabupaten/kota, kecamatan dan desa "
Dirinya juga mengatakan bahwa pentingnya penguatan ekonomi bagi anggota terutama Yowana (pemuda) harus menjadi bagian dari perjuangan Hindu ini.
Dewan penasehat Dekorwil Puskor Hindunesia Provinsi Bali, Dr Colonel CKM I Dewa Made Swara SMI sempat juga menekankan sikapnya kepada pengurus Dekorwil Bali untuk memperkuat mantram Tri Sandya.
" Sebagai bentuk dari Sradha Bakti kepada Ida Hyang Hyang Widhi Wasa, kita inginkan pengurus dan anggota untuk memperkuat 3 waktu sembahyang umat Hindu mantram Tri Sandya, " pungkasnya. (Ray)